Manajer Brendan Rodgers memastikan Jonjo Shelvey akan
mengisi lini tengah Liverpool, menggantikan Steven Gerrard, pada dua
laga sisa.
Penampilan
Shelvey yang luar biasa saat mencetak gol indah ke gawang Manchester
United U-21 diapresiasi Rodgers. Dia pun akan diberikan kesempatan untuk
menjadi starter pada laga melawan Fulham dan Queens Park Rangers.
Musim ini, Shelvey memang telah 31 kali melakoni laga bersama tim senior. Tapi, sejak Februari lalu, tak sekali pun dia dimainkan sebagai starter di tim senior. Kesempatan untuk kembali didapatkannya pada pengujung musim.
"Shelvey pemain bertalenta. Dia pemain muda yang datang dengan ekspektasi tinggi ke klub ini. Kadang itu sulit. Tapi, saya pikir, musim ini dia tampil cukup banyak," bilang Rodgers saat jumpa pers jelang laga melawan Fulham, Jumat (10/5).
"Lihat golnya ke gawang tim U-21 Man. United. Itu menunjukkan dia punya kualitas fantastis. Seperti halnya pemain lain, dia selalu mencoba untuk tampil apik saat latihan agar bisa masuk ke tim," tambah sang manajer.
Rodgers lantas menjelaskan alasannya tak lagi memainkan Shelvey di tim utama dalam beberapa bulan terakhir. Itu lantaran The Reds hanya bermain satu minggu sekali. Rotasi sulit dilakukan karena para pemain utama dalam keadaan bugar.
Alasan lain penyebab Shelvey jarang ditampilkan di tim utama adalah kehadiran Philippe Coutinho. Pemain asal Brasil itu telah menjadi instrumen permainan Liverpool dalam beberapa bulan terakhir. Gelar pemain terbaik April menjadi pembuktiannya.
Rodgers memang ingin menciptakan iklim kompetisi yang positif dalam tim. Dengan demikian, pemain akan terpacu menampilkan yang terbaik.
"Ketika mendatangkan pemain baru, selalu ada reaksi dari pemain lain. Shelyey telah bekerja dengan baik dan mencoba mendapatkan tempat di tim. Tapi, performa yang ditunjukkan (para pemain utama) pada paruh kedua membuatnya sulit," lanjut Rodgers.
"Semua pemain yang datang juga bekerja keras untuk dapat masuk ke tim. Ketika kesempatan itu datang, manfaatkanlah sebaik mungkin," tegasnya lagi.
Ketiadaan Gerrard juga diakui Rodgers takkan menghadirkan tekanan kepada para pemain lain, termasuk yang kurang berpengalaman sekalipun. Jika Gerrard absen, Rodgers hanya mengingatkan para pemainnya untuk punya tanggung jawab lebih. "Kami mengutamakan kolektivitas, tidak bergantung pada satu nama," kata Rodgers lagi.
Namun, Rodgers juga tak membantah apabila kehadiran pemain seperti Gerrard bisa menghadirkan manfaat bagi pemain muda. "Kualitas dan pengalaman yang dimilikinya bisa membantu para pemain lain di lapangan. Jika dia tak bermain, akan menjadi sebuah kehilangan," komentar Rodgers. "Tapi, ketiadaan Gerrard juga akan menjadi kesempatan bagi pemain lain untuk menunjukkan kontribusinya."
Tanpa Gerrard, Jamie Carragher yang akan pensiun pada akhir musim ini akan didaulat menjadi kapten. Rodgers pun berharap defender bernomor kostum 23 itu akan menunjukkan performa apik pada dua laga terakhir kariernya.
"Carragher sangat mampu menjalani tugasnya sebagai kapten Liverpool pada dua laga terakhir. Dia telah menunjukkan diri sebagai pribadi yang luar biasa. Kami akan merindukan keberadaannya setelah dia pensiun. Buat saya pribadi, akan kehilangan waktu mengobrol dengannya," tutur Rodgers.
Dia pun lantas menjelaskan alasannya tak langsung memasang Carragher sebagai starter pada awal musim. "Saya melakukan itu murni demi masa depan. Sebab, saat itu, saya tahu dia akan pensiun 18 bulan lagi. Tapi ternyata, dari pertandingan ke pertandingan, dia menunjukkan performa luar biasa," sanjung Rodgers.
Rodgers membantah apabila kembalinya Carragher terkait performa minor Martin Skrtel. "Saya hanya merasa tim butuh kepemimpinan dan organisasi permainan. Sejak kemnbali, Carragher menunjukkan sebagai salah satu defender terbaik di Premier League," puji sang manajer lagi.
Kendati bakal ditinggal salah satu pemain terbaiknya, Rodgers tetap optimistis dengan masa depan Liverpool. Dia melihat timnya telah melangkah di trek yang benar. Terutama dengan kemunculan sejumlah pemain muda yang mendapatkan banyak kesempatan bermain.
"Musim depan akan menjadi tahun yang besar bagi kami. Terpenting kami bisa menjaga menjaga kekuatan mental dan memastikan segalanya berjalan konsisten," ulas Rodgers.
Sang manajer tak membantah soal keinginannya membawa Liverpool menjadi juara dalam beberapa tahun mendatang. "Itu memang harus menjadi tujuan karena kami tak mau memasuki musim dengan hanya mematok target empat besar. Tapi, haruslah mempunyai objektif yang paling luhur," beber Rodgers.
"Tapi, tetap harus realistis. Kami tahu itu akan menjadi jalan yang panjang. Tapi, juara memang harus menjadi target yang utama karena kami tak suka menjadi nomor dua. Kami memang telah menunjukkan perkembangan positif pada paruh kedua. Tapi, selisih 30 poin dari pemuncak klasemen membuktikan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan," tegas Rodgers lagi.
Untuk menjaga tren positif yang telah dibangun, Rodgers tak mau main-main pada dua laga sisa. "Pertandingan berikutnya sangat penting dan pertandingan terakhir yang paling penting," jawabnya.
Melawan Fulham, Rodgers menilai akan terjadi laga yang sulit di Craven Cottage. Apalagi, musim lalu, The Reds dua kali dikalahkan Fulham.
"Ini akan menjadi laga kandang terakhir Fulham. Sudah pasti mereka akan berjuang keras untuk menutupnya dengan kemenangan. Namun, kami juga siap. Motivasi kami sangat kuat. Musim ini belum berakhir sampai peluit panjang berbunyi pada laga melawan QPR," pungkas Rodgers.
Musim ini, Shelvey memang telah 31 kali melakoni laga bersama tim senior. Tapi, sejak Februari lalu, tak sekali pun dia dimainkan sebagai starter di tim senior. Kesempatan untuk kembali didapatkannya pada pengujung musim.
"Shelvey pemain bertalenta. Dia pemain muda yang datang dengan ekspektasi tinggi ke klub ini. Kadang itu sulit. Tapi, saya pikir, musim ini dia tampil cukup banyak," bilang Rodgers saat jumpa pers jelang laga melawan Fulham, Jumat (10/5).
"Lihat golnya ke gawang tim U-21 Man. United. Itu menunjukkan dia punya kualitas fantastis. Seperti halnya pemain lain, dia selalu mencoba untuk tampil apik saat latihan agar bisa masuk ke tim," tambah sang manajer.
Rodgers lantas menjelaskan alasannya tak lagi memainkan Shelvey di tim utama dalam beberapa bulan terakhir. Itu lantaran The Reds hanya bermain satu minggu sekali. Rotasi sulit dilakukan karena para pemain utama dalam keadaan bugar.
Alasan lain penyebab Shelvey jarang ditampilkan di tim utama adalah kehadiran Philippe Coutinho. Pemain asal Brasil itu telah menjadi instrumen permainan Liverpool dalam beberapa bulan terakhir. Gelar pemain terbaik April menjadi pembuktiannya.
Rodgers memang ingin menciptakan iklim kompetisi yang positif dalam tim. Dengan demikian, pemain akan terpacu menampilkan yang terbaik.
"Ketika mendatangkan pemain baru, selalu ada reaksi dari pemain lain. Shelyey telah bekerja dengan baik dan mencoba mendapatkan tempat di tim. Tapi, performa yang ditunjukkan (para pemain utama) pada paruh kedua membuatnya sulit," lanjut Rodgers.
"Semua pemain yang datang juga bekerja keras untuk dapat masuk ke tim. Ketika kesempatan itu datang, manfaatkanlah sebaik mungkin," tegasnya lagi.
Ketiadaan Gerrard juga diakui Rodgers takkan menghadirkan tekanan kepada para pemain lain, termasuk yang kurang berpengalaman sekalipun. Jika Gerrard absen, Rodgers hanya mengingatkan para pemainnya untuk punya tanggung jawab lebih. "Kami mengutamakan kolektivitas, tidak bergantung pada satu nama," kata Rodgers lagi.
Namun, Rodgers juga tak membantah apabila kehadiran pemain seperti Gerrard bisa menghadirkan manfaat bagi pemain muda. "Kualitas dan pengalaman yang dimilikinya bisa membantu para pemain lain di lapangan. Jika dia tak bermain, akan menjadi sebuah kehilangan," komentar Rodgers. "Tapi, ketiadaan Gerrard juga akan menjadi kesempatan bagi pemain lain untuk menunjukkan kontribusinya."
Tanpa Gerrard, Jamie Carragher yang akan pensiun pada akhir musim ini akan didaulat menjadi kapten. Rodgers pun berharap defender bernomor kostum 23 itu akan menunjukkan performa apik pada dua laga terakhir kariernya.
"Carragher sangat mampu menjalani tugasnya sebagai kapten Liverpool pada dua laga terakhir. Dia telah menunjukkan diri sebagai pribadi yang luar biasa. Kami akan merindukan keberadaannya setelah dia pensiun. Buat saya pribadi, akan kehilangan waktu mengobrol dengannya," tutur Rodgers.
Dia pun lantas menjelaskan alasannya tak langsung memasang Carragher sebagai starter pada awal musim. "Saya melakukan itu murni demi masa depan. Sebab, saat itu, saya tahu dia akan pensiun 18 bulan lagi. Tapi ternyata, dari pertandingan ke pertandingan, dia menunjukkan performa luar biasa," sanjung Rodgers.
Rodgers membantah apabila kembalinya Carragher terkait performa minor Martin Skrtel. "Saya hanya merasa tim butuh kepemimpinan dan organisasi permainan. Sejak kemnbali, Carragher menunjukkan sebagai salah satu defender terbaik di Premier League," puji sang manajer lagi.
Kendati bakal ditinggal salah satu pemain terbaiknya, Rodgers tetap optimistis dengan masa depan Liverpool. Dia melihat timnya telah melangkah di trek yang benar. Terutama dengan kemunculan sejumlah pemain muda yang mendapatkan banyak kesempatan bermain.
"Musim depan akan menjadi tahun yang besar bagi kami. Terpenting kami bisa menjaga menjaga kekuatan mental dan memastikan segalanya berjalan konsisten," ulas Rodgers.
Sang manajer tak membantah soal keinginannya membawa Liverpool menjadi juara dalam beberapa tahun mendatang. "Itu memang harus menjadi tujuan karena kami tak mau memasuki musim dengan hanya mematok target empat besar. Tapi, haruslah mempunyai objektif yang paling luhur," beber Rodgers.
"Tapi, tetap harus realistis. Kami tahu itu akan menjadi jalan yang panjang. Tapi, juara memang harus menjadi target yang utama karena kami tak suka menjadi nomor dua. Kami memang telah menunjukkan perkembangan positif pada paruh kedua. Tapi, selisih 30 poin dari pemuncak klasemen membuktikan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan," tegas Rodgers lagi.
Untuk menjaga tren positif yang telah dibangun, Rodgers tak mau main-main pada dua laga sisa. "Pertandingan berikutnya sangat penting dan pertandingan terakhir yang paling penting," jawabnya.
Melawan Fulham, Rodgers menilai akan terjadi laga yang sulit di Craven Cottage. Apalagi, musim lalu, The Reds dua kali dikalahkan Fulham.
"Ini akan menjadi laga kandang terakhir Fulham. Sudah pasti mereka akan berjuang keras untuk menutupnya dengan kemenangan. Namun, kami juga siap. Motivasi kami sangat kuat. Musim ini belum berakhir sampai peluit panjang berbunyi pada laga melawan QPR," pungkas Rodgers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar